Disampaikan oleh Muhammad Mafatihudin dan Mustolih
A. Pendahuluan
Maha Suci Allah yang
telah menciptakan manusia sebagai mahluk yang mulia, karena selain bentuk yang
sempurna manusia juga dibekali piranti-piranti berupa akal, fitrah, qolbu, dan
nafsu sehingga ia mampu mentransformasikan segala anugerah itu untuk dapat
mengaktualisasikan diri dalam mencapai kesempurnaan sebagai khalifah di
muka bumi. Untuk dapat mencapai itu semua manusia butuh proses atau
kegiatan yang ilmiah yaitu pendidikan.
Sebagai suatu kegiatan
yang terencana, pendidikan Islam memiliki kejelasan tujuan yang ingin dicapai.
Akan sulit kita bayangkan dalam benak, jika suatu kegiatan tanpa memiliki
tujuan yang jelas. Karena pentingnya tujuan tersebut, banyak kita jumpai
kajian-kajian yang sungguh-sungguh dikalangan para ahli mengenai tujuan
tersebut. Berbagai buku yang mengkaji masalah pendidikan Islam senantiasa
berusaha merumuskan tujuan yang baik secara umum maupun secara khusus.
Pendidikan Islam secara
fungsional adalah merupakan upaya manusia muslim merekayasa pembentukan al
insan al kamil melalui penciptaan institusi interaksi edukatif yang
kondusif. Dalam posisinya yang demikian, pendidikan islam adalah model rekayasa
individual dan sosial yang paling efektif untuk menyiapkan dan menciptakan
bentuk masyarakat ideal ke masa depan. Sejalan dengan konsep perekayasaan masa
depan umat, maka pendidikan Islam harus memiliki seperangkat isi atau bahan
yang akan ditransformasikan kepada peserta didik agar menjadi milik dan
kepribadian sesuai dengan idealitas Islam. Untuk itu perlu dirancang suatu
bentuk kurikulum pendidikan Islam yang sepenuhnya mengacu pada nilai-nilai
asasi ajaran Islam. Dalam kaitan inilah diharapkan filsafat pendidikan Islam
mampu memberikan kompas atau arah terhadap pembentukan kurikulum pendidikan
yang Islami.
Pendidikan islam harus
mampu mendesain suatu kurikulum yang mengintegrasikan ilmu serta mampu menjawab
tantangan perubahan paradigma baru pendidikan tersebut.[1]
Disamping itu, kurikulum juga hendaknya dapat dijadikan ukuran kwalitas proses
dan keluaran pendidikan sehingga dalam kurikulum sekolah telah tergambar
berbagai pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diharapkan
dimiliki setiap lulusan sekolah.[2]
B.
Rumusan Masalah
1.
Pengertian
Kurikulum Pendidikan Islam
2.
Karakteristik
Kurikulum Pendidikan Islam
3.
Asas Kurikulum
Pendidikan Islam
4.
Prinsip
Kurikulum Pendidikan Islam
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui Apa
dan Bagaimana Kurikulum Pendidikan Islam
2.
Mengetahui
urgensi Kurikulum Pendidikan Islam di Sekolah
D. Pembahasan
1.
Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam
Secara harfiyah
kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya
pelari dan curere yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh
pelari. Ada yang mengatakan berasal dari bahasa prancis courier yang
berarti berlari. Istilah ini pada mulanya digunakan dalam dunia olehraga. Sedangkan
dalam bahasa latin, kurikulum berasal dari kata curriculum yang
berarti bahan pengajaran.[3]
Berdasarkan pengertian ini, dalam konteksnya dengan dunia pendidikan menjadi “circle
of instruction” yaitu suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid
terlibat didalamnya.
Dalam kosa kata Arab,
istilah kurikulum dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan
yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupannya.
Apabila pengertian ini dikaitkan dengan pendidikan, maka manhaj
atau kurikulum berarti jalan terang yang dilalui pendidik atau guru dengan
orang-orang yang dididik untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
mereka.[4]
Dalam prespektif
falsafah pendidikan islam, kurikulum pendidikan pada dasarnya adalah alat atau
instrumen untuk mendidik peserta didik dalam mengembangkan potensi jismiyah dan
ruhiyahnya agar mereka dapat mampu mengenali kembali dan mengukuhkan syahadah
primordialnya terhadap Allah SWT.[5]
Aktualisasi kongkrit dari syahadah primordialnya ini adalah kemampuan mereka
dalam menjalankan fungsi sebagai ‘abd-Allah dan tugasnya sebagai
khalifah Allah di bumi.
Berdasarkan
pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurikulum itu adalah
merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke
arah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan
ketrampilan dan sikap mental. Ini berarti bahwa proses kependidikan Islam
bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan, akan tetapi
hendaknya mengacu pada konseptualisasi manusia paripurna, baik sebagai khalifah
maupun ‘abd - melalui transformasi
sejumlah pengetahuan ketrampilan dan sikap mental yang harus tersusun dalam
kurikulum pendidikan Islam. Disinilah filsafat pendidikan Islam dalam
memberikan pandangan filosofis tentang hakikat pengetahuan, ketrampilan dan
sikap mental yang dapat dijadikan pedoman dalam pembentukan manusia paripurna (
al- insan al-kamil).
Selain itu, ada pula
yang berpendapat bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang disiapkan
berdasarkan rancangan yang sistematik dan koordinatif dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan yang ditetapkan. Selanjutnya, sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan kemajuan dunia pendidikan, definisi kurikulum sebagaimana
disebutkan di atas dipandang sudah ketinggalam zaman. Saylor dan Alexander,
mengatakan bahwa kurikulum bukan hanya sekedar memuat sejumlah mata pelajaran,
akan tetapi termasuk juga di dalamnya segala usaha lembaga pendidikan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan, baik usaha tersebut dilakukan di lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah.
2.
Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam
Secara umum, kurikulum
tersusun dengan beberapa aspek utama yang menjadi cirinya. Hasan
Langgulung mengungkapkan empat ciri-ciri utama dari kurikulum, yaitu :
a.
Tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh kurikulum itu.
b.
Pengetahuan (knowledge) ilmu-ilmu data, aktivitas-aktivitasnya dan
pengalaman-pengalaman dari mana terbentuk kurikulum itu.
c.
Metode dan cara-cara mengajar dan bimbingan yang diikuti murid-murid untuk
mendorong mereka ke arah yang dikehendaki dan tujuan-tujuan yang dirancang.
d.
Metode dan cara penilaian yang digunkan untuk mengukur dan menilai hasil
proses pendidikan yang dirancang dalam kurikulum.
Berangkat dari ke
kempat hal yang menjadi aspek pokok kurikulum, maka jika dikaitkan dengan
filsafat pendidikan yang dikembangkan pada pendidikan islam tentu semua akan
menyatu dan terpadu dengan ajaran islam itu sendiri. Pendidikan yang merupakan
suatu proses memanusiaan manusia pada hakekatnya adalah sebuah upaya untuk
meningkatkan kualitas manusia. Oleh karena itu, setiap proses pendidikan akan
berusaha mengembangkan seluas-luasnya potensi individu sebagai sebuah elemen
penting untuk mengembangkan dan mengubah masyarakat (agent of change). Dalam
upaya itu, setiap proses pendidikan membutuhkan seperangkat sistem yang mampu
mentransformasi pengetahuan, pemahaman, dan perilaku peserta didik. Dan salah
satu komponen operasional pendidikan sebagai sistem adalah kurikulum, dimana
ketika kata itu dikatakan, maka akan mengandung pengertian bahwa materi yang
diajarkan atau dididikkan telah tersusun secara sistematik dengan tujuan yang
hendak dicapai.
Menurut Omar Mohammad
al- Toumy al - Syaibany menyebutkan lima ciri kurikulum pendidikan islam
sebagai berikut;
a.
Menonjolkan mata pelajaran dan akhlak . Agama dan akhlak seharusnya diambil
dari Al-Qur’an dan As-Sunnah serta contoh-contoh dari orang terdahulu yang
sholeh.
b.
Memperhatikan
pengembangan yang menyeluruh dari aspek pribadi siswa yaitu jasmani, akal dan
rohani.
c.
Memperhatikan
keseimbangan antara pribadi dan masyarakat, jasmani dan rohani, dunia dan
akhirat, keseimbangan itu tentunya bersifat relative karena tidak dapat diukur
secara objektif.
d.
Memperhatikan juga seni
halus, seperti ukir, pahat, tulis indah, gambar dan sejenisnya. Selain itu juga
memperhatikan pendidikan jasmani seperti latihan militer, tehnik, keterampilan
dan bahasa asing sekalipun, semua ini diberikan kepada perorangan secara aktif
sesuai bakat, minat,dan kebutuhan.
e.
Mempertimbangkan
perbedaan-perbedaan kebudayaan yang sering terdapat di tengah manusia karena
perbedaan tempat dan perbedaan zaman. Kurikulum dirancang sesuai kebudayaan.[6]
3.
Asas-Asas Kurikulum Pendidikan Islam
Suatu kurikulum
pendidikan, termasuk pendidikan Islam, hendaknya mengandung beberapa unsur
utama seperti tujuan, isi mata pelajaran, metode mengajar, dan metode
penilaian. Kesemuaannya harus tersusun dan mengacu pada suatu sumber kekuatan
yang menjadi landasan dalam pembentukannya. Sumber-sumber tersebut dikatakan
sebagai asas-asas pembentukan kuriulum pendidikan.
Menurut Mohammad al
Thoumy al Syaibany, asas-asas umum yang menjadi landasan pembentukan kurikulum
dalam pendidikan Islam adalah:
a.
Asas Agama
Seluruh sistem yang ada
dalam masyarakat Islam, termasuk sistem pendidikannya harus meletakan dasar
falsafah, tujuan, dan kurikulumnya pada ajaran Islam yang meliputi aqidah,
ibadah dan muamalah. Hal ini bermakna bahwa itu semua pada akhirnya harus
mengacu pada dua sumber utama syariat Islam, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah.
Sementara sumber lainnya sering dikategorikan sebagai metode seperti ijma,
qiyas dan ihtisan.
Pembentukan kurikulum
pendiidkan Islam harus diletakan pada apa yang telah digariskan oleh dua sumber
tersebut dalam rangka menciptakan mausia yang bertaqwa sebagai ‘abid dan
khalifah dimuka bumi.
b.
Asas Falsafah
Dasar ini memberikan
arah dan kompas tujuan pendidikan Islam, dengan dasar filosofis, sehingga
susunan kurikulum pendidikan Islam mengandung suatu kebenaran, terutama dari
sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini kebenarannya. Secara
umum, dasar falsafah ini membawa konsekwensi bahwa rumusan kurikulum pendidikan
Islam harus beranjak dari konsep ontologi, epistemologi dan aksiologi yang digali
dari pemikiran manusia muslim, yang sepenuhnya tidak bertentangan dengan
nilai-nilai asasi ajaran Islam.
Dimensi Ontologi
mengarahkan kurikulum agar lebih banyak memberi anak didik kesempatan untuk
berhubungan langsung dengan fisik-fisik, obyek-obyek. Pada mulanya dimensi ini
diterapkan Allah SWT. dalam pengajaranNya kepada nabi Adam as dengan
memberitahukan atau mengajarkan nama-nama benda (QS.Al-Baqarah{2}:31) dan belum
sampai pada tahap penalaran atau pengembangan wawasan. Demensi Epistemologi
adalah perwujudan kurikulum yang sah, yang berdasarkan metode kontruksi
pengetahuan yang disebut metode ilmiah, yang sifatnya mengajak berfikir
menyeluruh, reflektif dan kritis, implikasi dimensi epistemologi dalam rumusan
kurikulum, isinya cenderung fleksibel karena pengetahuan yang dihasilkan tidak
mutlak, tentatif dan dapat berubah-ubah. (QS.Al-Baqarah {2}:26-27); dan dimensi
Aksiologi mengarahkan pembentukan kurikulum agar memberikan kepuasan
pada diri peserta didik agar memiliki nilai-nilai yang ideal, supaya hidup
dengan baik dan terhindar dari nilai-nilai yang tidak diinginkan.Nilai-nilai
ideal ini bisa menimbulkan daya guna dan fungsi yang bermanfaat bagi peserta
didik dalam kelangsungan hidup menuju kesempurnaan, kenyamanan dan dijauhi dari
segala sesuatu yang menimbulkan kesengsaraan atau kerugian
Tugas ketiga dimensi
tersebut ( Ontopologi, Epistimologi & Aksiologi ) merupakan kerangka
dalam perumusan kurikulum pendidikan islam. Dari berbagai macam filsafat pada
dasarnya memberikan khasanah intelektual di bidang kurikulum pendidikan islam
lainnya, semakin banyak pula kontribusi teori dan konsep. Teori dan konsep yang
ditimbulkan dari berbagai macam aliran filsafat tidak dapat begitu saja
diterima atau ditolak, namun diseleksi terlebih dahulu kemudian hasilnya
dimodifikasi pada khasanah kurikulum pendidikan islam.[7]
c.
Asas Psikologis
Asas ini memberikan prinsip – prinsip tentang perkembangan anak didik dalam
berbagai aspeknya, serta cara menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dipahami
oleh anak didik sesuai dengan perkembangan.[8] Kurikulum pendidikan Islam harus
dirancang sejalan dengan ciri-ciri perkembangan anak didik, tahap kematangan
bakat-bakat jasmani, intelektual, bahasa, emosi dan sosial, kebutuhan dan
minat, kecakapan dan perbedaan individual dan aspek lainnya yang berhubungan
dengan aspek-aspek psikologis.
d.
Asas Sosial
Pembentukan kurikulum
pendidikan Islam harus mengacu ke arah realisasi individu dalam masyarakat.
Pola yang demikian ini berarti bahwa semua kecenderungan dan perubahan yang
telah dan bakal terjadi dalam perkembangan masyarakat manusia sebagai mahluk
sosial harus mendapat tempat dalam kurikulum pendidikan Islam. Hal ini
dimaksudkan agar out-put yang diahasilkan menjadi manusia yang mampu mengambil
peran dalam masyarakat dan kebudayaan dalam konteks kehidupan zamannya.
Keempat asas tersebut
di atas harus dijadikan landasan dalam pembentukan kurikulum pendidikan Islam.
Perlu ditekankan bahwa antara satu asas dengan asas lainnya tidaklah berdiri
sendiri-sendiri, tetapi harus merupakan suatu kesatuan yang utuh sehingga dapat
membentuk kurikulum pendidikan Islam yang terpadu, yaitu kurikulum yang relevan
dengan kebutuhan pengembangan anak didik dalam unsur ketauhidan, keagamaan,
pengembangan potensinya sebagai khalifah, pengembangan kepribadiannya sebagai
individu dan pengembangannya dalam kehidupan sosial.
4. Prinsip Kurikulum
Pendidikan Islam
Menurut Omar Muhammad
Al-Toumi Al-Syaibani sebagaimana yang di kutip
oleh Toto Suharto dalam bukunya “Filsafat pendidilan islam“, prinsip dasar yang
harus dipegangi dalam menyusun kurikulum ada lima prinsip, Yaitu:
a.
Kurikulum pendidikan islam menonjolkan dan mengutamakan agama dan akhlaq
dalam berbagai tujuanya. Materi, metode, alat, dan tehnik pengajaran dalam
kurikulum pendidikan islam semuanya bercorak agama.
b.
Cakupan dan kandungan kurikulum pendidikan islam bersifat luas dan
menyeluruh. Kurikulum pendidikan islam seyogyanya merupakan cerminan dari
semanagat, pemikiran, dan ajaran islam yang bersifat universal dan menjangkau
semua aspek kehidupan, baik intelektual, psikologis, sosial dan spiritual. Jika
tujuanya harus meliputi semua aspek pribadi pelajar, maka semua kandunganya
harus meliputi semua yang berguna bagi pribadinya secara jasmani dan rohani,
juga bermanfaat bagi lingkungan/ masyarakat.
c. Kurikulum pendidikan
islam menerapkan prinsip keseimbangan didalam muatan materi keilmuanya dan
didalam fungsi ilmu pengetahuan baik bagi pengembangan indifidu maupun bagi
pengembangan masyarakat.
d.
Kurikulum pendidikan islam mencakup keseluruhan mata pelajaran yang
dibutuhkan peserta didik, baik yang sakral ( keakhiratan ) maupun profane (
keduniaan ).
Kurikulum pendidikan
islam harus berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan dan kebutuhan anak didik
serta alam lingkungan di mana anak didik tersebut hidup.
e.
Kurikulum pendidikan islam selalu disusun berdasarkan kesesuaian dengan
minat dan bakat peserta didik. Kurikulum pendidikan islam harus dapat
memelihara perbedaan individu diantara anak didik dalam bakat, minat, kemampuan
dan kebutuhan mereka.[9]
H.M. Arifin dalam
bukunya “Ilmu Pendidikan Islam” mengemukakan empat prinsip dalam
penyusunan kurikulum pendidikan islam yaitu:
a. Kurikulum pendidikan
yang sejalan dengan idealitas islami adalah kurikulum yang mengandung materi
(bahan) ilmu pengetahuan yang mampu berfungsi sebagai alat untuk tujuan hidup
islami.
b. Untuk berfungsi alat
yang efektif mencapai tujuan tersebut, kurikulum harus nengandung tata nlai
islami yang intrinsik dan ekstrinsik mampu merealisasikantujuan pendidikan
islam.
c. Kurikulum yang
bercirikan islami itu diproses melalui metode yang sesuai dengan nilai yang
terkandung di dalam tujuan pendidikan islam
d. Antara kurikulum,
metode, dan tujuan pendidikan islam harus saling menjiwai dalam proses mencapai
produk bercita-citakan menurut ajaran islam.[10]
5.
Cakupan Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Cakupan bahan
pengajaran yang ada dalam suatu kurikulum kini terus semakin luas atau
mengalami perkembangan karena tuntutan dari kemajuan ilmu pengetahuan,
kebudayaan, tekhnologi yang terjadi di dalam masyarakat, dan beban yang
diberikan pada sekolah.
Berdasarkan tuntutan
perkembangan itu maka para perancang menetapakan cakupan kurikulum meliputi 4
bagian yaitunya :[11]
a. Tujuan merupakan arah,
sasaran, target yang akan dicapai melalui proses belajar mengajar.
b. Isi merupakan bagian
yang berisi pengetahuan, informasi, data, aktifitas, dan pengalaman yang
diajarkan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
c. Metode merupakan cara
yang digunakan guru atau dosen kepada peserta didik untuk menyampaikan mata
pelajaran agar mudah dimengerti.
d. Evaluasi merupakan cara
yang dilakukan guru untuk melakukan penilaian dan pengukuran atas hasil mata
pelajaran.
6. Isi Kurikulum Menurut
Pendidikan Agama Islam
Adapun isi kurikulum
menurut Ibnu Khaldun Terbagi Menjadi Dua Tingkatan :
a.
Tingkatan Pemula
Materi kurikulum
difokuskan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2) Tingkatan Atas
Tingkatan ini terdiri dari dua klasifikasi; Ilmu yang berkaitan dengan
zatnya, dan Ilmu yang berkaitan dengan ilmu lain seperti ilmu bahasa, matematika,
mantiq.
Sedangkan menurut
Al-Ghazali klasifikasi isi kurikulum terletak pada tiga kelompok yaitu:
a.
Kelompok menurut kuantitas yang mempelajari.
Ilmu fardhu ‘ain yaitu ilmu yang harus diketahui oleh setiap muslim yang bersumber dari
Al-Qur’an dan As-Sunnah
Ilmu fardhu kifayah yaitu ilmu yang cukup dipelajari oleh sebagian orang muslim saja misalnya
kedokteran, pertanian dan lainnya
b.
Kelompok menurut fungsinya
Ilmu tercela adalah ilmu yang tidak berguna untuk masalah dunia maupun akhirat
serta mendatangkan kerusakan
Ilmu terpuji adalah ilmu agama yang dapat mensucikan jiwa dan menghindari hal-hal yang
buruk, serta ilmu yang dapat mendekatkan diri pada Allah.
c.
Kelompok menurut sumbernya
Ilmu Syar’iyah adalah ilmu-ilmu yang didapat dari wahyu ilahi dan sabda nabi
Ilmu ‘Aqliyah adalah ilmu yang berasal dari akal pikiran setelah mengadakan eksperimen
dan akulturas.
Allah berfirman dalam
Q.S. Fushshilat ayat : 53, mengenai isi kurikulum yang artinya:“Kami akan
memeperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan kami disegenap ufuk dan
pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran iu
adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup bagi kamu bahwa sesungguhnya Dia
menyaksikan segala sesuatu”
Ayat tersebut
terkandung tiga isi kurikulum pendidikan islam yaitu : Isi kurikulum
berdasarkan pada ketuhanan, Isi kurikulum berorientasi pada manusia dan Isi
kurikulum berorientasi pada alam.[12]
Dengan melihat ciri,
prinsip dan beberapa karakteristik kurikulum pendidikan islam ‘Abdurrahman
Shalih ‘Abdullah membagi kurikulum Islam dalam 3 kategori.
a. Al-‘uluum al-diniyyah,
yaitu ilmu-ilmu keislaman normatif yang menjadi
kerangka acuan bagi segala ilmu yang ada.
b. Al-‘uluum
al-insaniyyah, yaitu ilmu-ilmu sosoal dan humaniora yang berkaitan dengan
manusia dan interaksinya, seperti sosiologi, antropologi, psikologi dan
lain-lain.
c. Al-‘uluum al-kauniyyah,
yaitu ilmu-ilmu kealaman yang mengandung asas kepastian, seperti fisika, kimia,
biologi, matematika dan lain-lain.
Dengan ketiga kategori
ini, pendidikan Islam secara tegas menolak secara tegas dualism dan skularisme,
karena bias mengandung dua bahaya. Pertama, ilmu-ilmu keislaman mendapat kedudukan
yang lebih rendah daripada ilmu-ilmu lainya. Kedua, lahirnya adopsi skularisme
yang mengorbankan domain agama yang pada giliranya dapat melahirkan konsep
agama.[13]
Dengan demikian Kurikulum sangat penting dalam
pendidikan Islam, yaitu sebagai :
a.
Alat untuk
mendidik generasi muda dan menolong mereka untuk membuka dan mengembangkan
kesediaan, minat, bakat, kekuatan, dan ketrampilan.
b.
Alat untuk
menciptakan perubahan yang diinginkan pada kebiasaan, kepercayaan, sikap,
system, dan gaya hidup masyarakat.
E.
Kesimpulan
Pendidikan islam adalah
model rekayasa individual dan sosial yang paling efektif untuk menyiapkan dan
menciptakan bentuk masyarakat ideal ke masa depan. Jadi Pada intinya pendidikan
Islam merupakan upaya manusia muslim merekayasa pembentukan al insan
al kamil melalui penciptaan institusi interaksi edukatif yang
kondusif. Dalam kaitan inilah diharapkan filsafat pendidikan Islam mampu
memberikan kompas atau arah terhadap pembentukan kurikulum pendidikan yang
Islami.
Pendidikan Islam dalam
pelaksanaannya memerlukan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan
pendidikannya ke arah tujuan yang diharapkan. Bagaimanapun baik dan sempurnanya
suatu kurikulum pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apa-apa ketika tidak memiliki metode atau cara yang tepat
dalam mentranspormasikannya kepada peserta didik. Maka dari itu dalam penerapan
metode secara praktis harus tepat, agar tidak menghambat proses belajar
mengajar dan terbuangnya waktu dan tenaga. Karenanya metode merupakan syarat
untuk efisiensi aktivitas kepandidikan Islam. Hal ini berarti metode merupakan
hal yang esensial, karena tujuan pendidikan Islam akan tercapai secara tepat
guna manakala metode yang ditempuh benar-benar tepat.
F.
Daftar Pustaka
Langgulung, Hasan. Azas-Azas Pendidikan Islam. (Jakarta: Pustaka Al
Husna. 1992)
Nugiyantoro, Burhan, ,Dasar-Dasar
Pengembangan Kurikulum Sekolah .Sebuah Pengantar Teoritis Dan Pelaksanaan
, BPFE ,Yogyakarta: 1980
Al-Rasy Nata,Abudina. Filsafat Pendidikan Islam 1. Logos Wacana
Ilmu, Jakarta: 1997.
Suharto,Toto, Filsafat Pendidikan Islam, Ar-Ruz Media,
Yogyakarta: 2006
Idin dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan
Histories, Teoritis, dan Praktis, Ciputat Press, Ciputat
: 2005
Arifin, H.M. T.th, Filsafat Pendidikan Islam, cet.ke-4, Bumi
Aksara Jakarta
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Kencana, Jakarta : 2005
Uman Cholil, Ikhtisar Ilmu Pendidikan Islam, Surabaya:
Duta Aksara,1998
Muhaimin & Mujib Abdul, Pemikiran Pendidikan Islam : Kajian
Filosofis dan Kerangkah Dasar Oprasionalnya cet.ke 1,
Trigenda Karya, Bandung: 1993
Ar Rasyidin, Falsafah Pendidikan
Islam, (Cita Pustak Media Perintis, Bandung: 2008
[1] Soleha,dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Alfa Beta, Bandung, 2011,
hal.100.
[2] Nugiyantoro, Burhan, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah .Sebuah
Pengantar Teoritis Dan Pelaksanaan (yogyakarta: BPFE, 1980),hal 21
[4] Al-Rasyidin
dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Histories,
Teoritis, dan Praktis,Ciputat : Ciputat Press, 2005,h 55-56
[5] Dr. Ar Rasyidin, MA, Falsafah Pendidikan Islam, (Cita Pustak
Media Perintis, 2008), Bandung, hal. 162
[6] Al-Shaybani, Umar muhammad Tuwmi ,Filsafat Pendidikan Islam,terj.Hasan
lLanggulung(Jakarta: Bulan Bintang 1979) hal 489-517
[7] Muhaimin & Mujib Abdul, Pemikiran Pendidikan Islam : Kajian Filosofis dan
Kerangkah DasarOprasionalnya cet.ke 1
(Bandung:Trigenda Karya 1993) hal188-190
[9] Toto suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Cet. I Yogyakarta,
2014)hal100
[13] Toto suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Cet. I Yogyakarta,
2014)hal103
No comments:
Post a Comment
MONGGO KOMENTARIPUN, KANGMAS LAN MBAK AYU